Makalah
ASKEB IV
Mola
Hidatidosa (Hamil Anggur)
Disusun
oleh:
Andini
Tresty
Anisa
Nurfani
Puji
Astuti
Silvana
Mamta
Siwi
Lestari
Kelas
: IV B
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA
Jurusan DIII Kebidanan
Jl. Surya Kencana No.1
Pamulang-TangSel
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ASKEB IV yang berjudul “Mola
Hidatidosa (Hamil Anggur) dengan baik dan semaksimal mungkin.
Kami
menyadari bahwa dalam menyusun tugas makalah ini kami banyak menumukan berbagi
hambatan ataupun kesulitan. Namun atas bantuan dari banyak pihak maka kami pun
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu
penyelesaian dari makalah ini
Tak lupa
kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini. kami sadar bahwa manusia tidak ada yang
sempurna oleh karena itu kami mengharapkan kebesaran hati dari para pembaca
dengan memberikan kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Pamulang, April 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ........ !
Daftar
Isi ........ !
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ........ 1
1.2
Tujuan .................................................................................... ........ 3
1.2.1 Tujuan Umum ....................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 4
1.3
Manfaat .................................................................................... ........ 4
1.3.1 Bagi Penulis .......................................................................... 4
1.3.2 Bagi Institusi ......................................................................... 4
BAB
II. PEMBAHASAN
2.1
Definisi Mola Hidatidosa .................................................................. 5
2.2
Etiologi Mola Hidatidosa.......................................................... ........ 7
2.3
Patofisiologi Mola Hidatidosa .......................................................... 8
2.4
Diferensial Diagnosis Mola Hidatidosa ................................... ........ 10
2.5
Penanganan Mola Hidatidosa .................................................. ........ 12
2.6
Contoh Kasus Mola Hidatidosa ........................................................ 17
BAB
III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan ........ 22
3.2
Saran ........................................................................................ ........ 23
3.2.1 Untuk Klien ................................................................ ........ 23
3.2.2 Untuk Sarana Kesehatan ...................................................... 23
3.2.3 Untuk STIKes Widya Dharma Husada ...................... ........ 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan
kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan
nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang optimal.
Angka kematian ibu
merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa.
Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan prioritas dalam upaya peningkatan
status kesehatan masyarakat, sesuai dengan target MDG’s 2015 (Millenium
Development Gold), Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Data organisasi
kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007, memperkirakan bahwa setiap tahun
sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan,
persalian dan nifas, fakta ini mendekati terjadinya 1 kematian setiap menit dan
diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di Negara-negara berkembang yang
tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika
dibandingkan dengan rasio kematian ibu di Sembilan Negara maju dan 51 negara
persemakmuran.
Menurut SDKI Angka
Kematian Ibu pada tahun 2007 mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah
ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya jumlah kematian
ibu mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu masih
terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara lainnya yaitu Brunei
Darussalam dan Singapura masing-masing 13 dan 14 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2009,
AKI di Jawa Barat adalah 258 per 100.000 kelahiran hidup. Menurun dibandingkan
dengan tahun 2008 yang mencapai 583 per 100.000 kelahiran. Berdasarkan Indeks
Pembangunan Manusia kabupaten Garut pada Tahun 2009 Angka Kematian Ibu mencapai
219 per 100.000 kelahiran hidup.
Upaya kesehatan
reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia
adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum. Perdarahan
sebanyak 30% dari total kasus kematian, eklamsi (keracunan kehamilan) 25%,
infeksi 12%. Salah satu dari ketiga ketiga faktor tersebut adalah perdarahan,
perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan, bisa terjadi pada awal kehamilan maupun
kehamilan lanjut, dengan besar angka kejadiannya 3% pada kehamilan lanjut dan
5% pada awal kehamilan. Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan meliputi
abortus, mola hidatidosa dan kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut antara lain meliputi Solutio
Plasenta dan Plasenta Previa. Dari kasus perdarahan diatas ternyata didapatkan
besar kasus paling tinggi adalah perdarahan pada awal kehamilan yang dari salah
satu perdarahan awal kehamilan tersebut terdapat kehamilan molahidatidosa.
Molahidatidosa
adalah Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan abnormal, dengan
ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin
biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu
hidup dan tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang diberikan adalah sebagai
segugus buah anggur. Penyebab pasti terjadinya kehamilan Mola hidatidosa belum
diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang memengaruhinya yaitu faktor
ovum, imunoselektif trofoblast, usia, keadaan sosio-ekonomi yang rendah,
paritas tinggi, defisiensi protein, infeksi virus dan faktor kromosom yang
jelas, dan riwayat kehamilan mola sebelumnya. Jenis pada molahidatidosa yaitu
Molahidatidosa Komplet (MHK) dan Molahidatidosa Parsial (MHP). Angka kematian
yang diakibatkan oleh kehamilan Molahidatidosa berkisar antara 2,2% - 5,7%.
Pada kehamilan
Molahidatidosa jika tidak dilakukan penanganan secara komprehensif maka masalah
kompleks dapat timbul sebagai akibat adanya kehamilan dengan Molahidatidosa
yaitu TTG (Tumor Trofoblast Gestasional) dimana TTG ini terbagi menjadi 2 macam
yaitu: Choriocarcinoma non Villosum dan Choriocarcinoma Villosum yang bersifat
hematogen dan dapat bermetastase ke vagina, paru-paru, ginjal, hati bahkan
sampai ke otak. Dengan presentasi kejadian tersebut adalah 18-20% keganasan.
Penatalaksanaan
pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu perbaikan keadaan umum ibu,
pengeluaran jaringan mola dengan cara Kuretase atau Histerektomi, dan pemeriksaan
tindak lanjut yaitu follow up selama 12 bulan, dengan mengukur kadar ÎČ-HCG dan
mencegah kehamilan selama 1 tahun. Tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini
berpusat pada pengukuran serial kadar ÎČ-HCG serum untuk mendeteksi Tumor
Trofoblast Persisten.
Penyakit ini, baik
dalam bentuk jinak atau ganas, banyak ditemukan di Negara Asia, sedangkan di
Negara bagian Barat lebih jarang. Angka di Indonesia umumnya berupa angka Rumah
Sakit yaitu RSCM, untuk Mola Hidatidosa berkisar 1:50 sampai 1:141 kehamilan.
Angka ini jauh lebih tinggi disbanding Negara-negara barat dimana insidennya
berkisar 1:1000 sampai 1:2500 kehamilan untuk kejadian Molahidatidosa.
Sedangkan
frekuensi kejadian Molahidatidosa di RSU dr. Slamet Garut tahun 2009 sebanyak
37 kasus dari jumlah kehamilan sebanyak 1730 dan ditemukan angka untuk
Molahidatidosa 1:47 kehamilan pada tahun 2009.
1.2 Tujuan
2.1.1.
Tujuan
Umum
Untuk mendapatkan gambaran
umum tentang asuhan kebidanan yang komprehensif terhadap pasien mola hidatidosa
2.1.2.
Tujuan
Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian dan
menentukan diagnose kebidanan pada kasus mola hidatidosa.
2. Mampu menyusun rencana asuhan sesuai
kebutuhan pasien.
3. Mengetahui apa itu mola hodatidosa
1.3 Manfaat
1.3.1
Bagi
penulis
Dengan mengetahui bagaimana Asuhan Kebidanan ini, diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan penulis dalam penatalaksanaan klien dengan kehamilan
Mola hidatidosa.
1.3.2
Bagi
Institusi
Dengan penyusunan makalah ini
diharapkan agar menjadi bahan masukan, informasi, maupun untuk pengembangan
materi perkuliahan bagi mahasiswa dan menambah bahan perpustakaan di STIKes Widya
Dharma Husada, Pmulang-TangSel.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa adalah chorionic
villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung
kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata
ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus
korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya meninggal akan
tetapi vilus-vilus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus,
gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus sebuah anggur.
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya
mengalami perubahan hidrofobik.
Molahidatidosa merupakan kehamilan yang secara genetik tidak normal yang
muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta.
Molahidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan
trofoblas plasenta atau calon placenta dan disertai dengan degenerasi kistik
vili dan perubahan hidropik. Hamil anggur atau molahidatidosa adalah kehamilan
abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan
“bakal janin“ sehingga terbentuk jaringan permukaan membran (vili-vili) mirip
gerombolan buah anggur.
Sedangkan menurut beberapa ahli
pengertian mola hidatidosa adalah sebagai berikut :
·
Mola hidatidosa adalah chorionic villi
(jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena
itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 :
23).
·
Mola hidatidosa adalah kehamilan
abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan
edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan
edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai
segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).
·
Mola hidatidosa adalah perubahan
abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang
dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya
uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG)
(Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).
·
Mola hidatidosa adalah kehamilan
abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan
hidrofobik. (Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265).
·
Mola hidatidosa adalah kelainan villi
chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat proliferasi tropoblast dan edema
stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk, 1991 : 514).
·
Mola hidatidosa adalah pembengkakan
kistik, hidropik, daripada villi choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik
dan anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh, 1973 :
325).
·
Mola hidatidosa adalah perubahan
abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang
dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya
uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG)
(Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).
2.2 Etiologi Mola Hidatidosa
Penyebab molahidatidosa belum diketahui
secara pasti, namun ada faktor-faktor penyebabnya adalah :
1.
Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya
telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel sperma.
2.
Imunoselektif dari trofoblas
Perkembangan molahidatidosa
diperkirakan disebabkan oleh kesalahan respon imun ibu terhadap invasi oleh
trofoblas. Akibatnya vili mengalami distensi kaya nutrient. Pembuluh darah
primitive di dalam vilus tidak terbentuk
dengan baik sehingga embrio ‘ kelaparan’, mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas
terus tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi kejaringan ibu.
3.
Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan
diatas 35 tahun dapat terjadi kehamilan mola. Prekuensi molahidatidosa pada
kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif tinggi. Namun
tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia subur dapat
terjadi kehamilan mola.
4.
Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan
zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan
dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk
memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
5.
Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi,
cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa karena trauma kelahiran
atau penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan dengan
penggunaan stimulandrulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun
juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan
molahidatidosa.
6.
Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun
jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan
rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat
meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan pertumbuhan pada
janin tidak sempurna.
7.
Infeksi virus dan faktor kromosom yang
belum jelas
Infeksi mikroba dapat mengenai semua
orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia
tidak selalu menimbulkan penyakit ( desease ). Hal ini sangat tergantung dari
jumlah mikroba ( kuman atau virus ) yang termasuk virulensinya seta daya tahan
tubuh.
8.
Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Kekambuhan molahidatidosa dijumpai
pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang total
mencangkup hampir 5000 Kelahiran, frekwensi mola adalah 1,3%. Dalam suatu
ulasan tentang molahidatidosa berulang tapi pasangan yang berbeda bisa
disimpulkan bahwa mungkin terdapat “ masalah oosit primer “.
2.3 Patofisiologi Mola Hidatidosa
Setelah
ovum dibuahi,terjadi pembagian dari sel tersebut.Tidak lama kemudian terbentuk
biastokista yang mempunyai lumen dan dinding luar.Dinding ini terjadi atas
sel-sel ekstoderm yang kemudian menjadi tropoblash. Sebagian vili berubah
menjadi gelembung berisi cairan jernih,biasa tidak ada
janin.Gelembung-gelambung atau tesikel ukurannya bervariasi mulai dari yang
mudah dilihat,sampai beberapa sentimeter,bergantung dalam beberapa kelompok
dari tangkai yang tipis.Masa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga
memenuhi cavum uteri.Pembesaran uterus sering tidak sesuai dan melebihi usia
kehamilan.
Pada
beberapa khusus, sebagian pertumbuhan dan perkembangan villi korealis berjalan
normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm.Keadaan
ini disebut mola parsial. Ada beberapa kasus pertumbuhan dan perkembangan villi
korealis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang.
a.
Teori Missed Abortion
Mudigan mati pada kehamilan tiga
sampai lima minggu,karena terjadi gangguan peredaran darah,sehingga terjadi
penemuan cairan dalam jaringan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuk
gelembung-gelembung.
b.
Teori Neoplasma dari park
Bahwa yang normal adalah sel
trofoblast yang mempunyai fungsi abnormal pula,dimana terjadi cairan yang
berlebihan dalam villi sehingga timbul gelembung,hal ini menyebabkan peredaran gangguan peredaran darah dan
kematian mudigan.
·
Mola
hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1) Mola hidatidosa komplet (klasik),
jika tidak ditemukan janin.
Villi korion
berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit terlihat
sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki karakteristik
yaitu :
·
Tidak ada pembuluh pada vili yang membengkak
·
Prolifersi dari epitel trofoblas dengan bermacam-macam
ukuran
·
Tidak adanya janin atau amnion
Secara kasat mata jaringan mola hidatidosa komplit tampak seperti seonggok
buah anggur. Mola
hidatidosa merupakan hasil pembuahan dari sel telur ( Ovum )
yang kehilangan intinya atau intinya tidak aktif. Fertilisasi
terjadi oleh satu sperma yang mempunyai kromosom 23 X,yang kemudian setelah
masing masing kromosom membelah terbentuklah sel dengan kromosom 46 XX,dengan
demikian sebagian besar mola komplit sifatnya androgenik ,
homozigot dan berjenis kelamin wanita.
Walaupun lebih jarang dapat pula fertilisasi terjadi oleh 2 sperma, yang
menghasilkan sel anak 46 XX atau 46 XY. Pada kedua kejadian di atas konseptus adalah keturunan pathenogenome
paternal yang seluruhnya meru-pakan allograft. Jaringan mola komplita secara histologis tidak menampakkan pertumbuhan villi
dan pembuluh pembuluh darah; bahkan terjadi pembentukan cisterna villosa, disertai hiperplasia baik dari sel sel sinsisiotrofoblas maupun
dari sel sel sitotrofoblas. Tidak tampak embryo karena sudah mengalami kematian pada masa dini akibat
tidak terbentuknya sirkulasi plasenta.
Percobaan pada tikus yang secara immunologis defisien menunjukkan bahwa berbeda dengan korio-karsinoma; mola hidatidosa komplit dan
mola invasiv sifatnya tidak ganas.Namun molahidatidosa komplit mempunyai
potensi yang lebih besar untuk berkembang menjadi koriokarsinoma dibandingkan
dengan kehamilan normal. Pernah dilaporkan pula adanya kehamilan kembar yang salah satunya mola
komplit (46 XX) dan yang lain berupa janin yang normal (46 XY) .
Janin dapat mengalami abortus namun kadang kadang berkembang sampai aterm.Bila
ada kehamilan kembar yang salah satunya adalah mola penting sekali untuk
membedakannya apakah itu suatu mola komplit atau mola parsial ; karena
prognosis kearah terjadinya keganasan lebih kecil pada mola parsial.
2) Mola hidatidosa inkomplet (parsial),
jika disertai janin atau bagian janin.
Masih tampak
gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin masih hidup
dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada pemeriksaan
histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas
yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang
normal.
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa gambaran karyotipi dari mola
parsialis bisa normal ,triploidi atau trisomi seringkali 69 ,XXX atau 69 XXY.
Ditemukan juga adanya fetus dan pembengkakan pada villi yang sifatnya tidak
menyeluruh. Penelitian berikutnya secara sitogenetik menunjukkan bahwa
hiperplasia trofoblas`dan pembentukan sisterna pada mola parsialis hanya
ditemukan pada konseptus yang triploid.Secara biokimiawi dan sitogenetik
ditemukan adanya gen maternal pada mola parsialis sehingga terjadinya adalah diandri (terdiri atas satu set kromosom maternal dan dua set kromosom
paternal). Gambaran
histologisd yang khas pada mola parsialis adalah adanya crinkling atau
scalloping dan ditemukannya stromal trophoblastic inclusion Hiperplasia
trofoblas umumnya terjadi pada sinsisiotrofoblas dan jarang terjadi pada
sitotrofo-blas.Walaupun ada janin , umumnya mengalami kematian pada trimester
pertama. Koriokarsinoma
lebih jarang terjadi pasca mola parsialis dibandingkan dengan pasca mola
komplit.
2.4 Diferensial Diagnosis Mola
Hidatidosa
Diagnosa banding dari kehamilan mola hidatidosa
antara lain: kehamilan
ganda, hidramnion
atau abortus, Kehamilan dengan mioma.
Pemeriksaan
Diagnosis :
·
Anamnesa / keluhan
a)
terdapat
gejala hamil muda
b)
kadang kala
ada tanda toxemia gravidarum
c)
terdapat
perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur warna merah tua atau
kecoklatan.
d)
Pembesaran
uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dari usia kehamilan seharusnya.
e)
Keluar
jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan ( tidak selalu ada).
·
Pemeriksaan Fisik
§ Inspeksi
a)
Muka dan
kadang – kadang badan kelihatan pucat kekuning – kuningan yang disebut muka
mola (mola face) atau muka terlihat pucat.
b)
Bila
gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.
§ Palpasi
a)
Uterus
membesar tidak seuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek.
b)
Tidak teraba
bagian – bagian janin dan ballotemen, juga gerakan janin.
c)
Adanya
fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun lalu
naik karena terkumpulnya darah baru.
d)
Adanya
pembesaran kelenjar tiroid, menunjukan adanya komplikasi tiroktoksikosis.
§ Auskultasi
a)
Tidak
terdengar DJJ
b)
Terdengar
bising dan bunyi khas
§ Periksa
Dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim
terasa lembek, tidak ada bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam
kanalis servikalis dan vagina, seerta evaluasi keadaan servik.
·
Pemeriksaan penunjang
§ Reaksi
Kehamilan
Kadar HCG yang jauh lebih
tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan biasa kadar HCG darah paling tinggi
100.000 IU/L, sedangkan pada molahidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L.
§ Uji Sonde
Sonde dimasukan secara pelan –
pelan dan hati – hati kedalam serviks kanalis dan kavum uteri. Bila tidak ada
tahanan, kemungkinan mola.
§ Foto Rontgen
Tidak terlihat tulang – tulang
janin pada kehamilan 3 – 4 bulan.
§ USG
Akan terlihat bayangan badai
salju dan tidak terlihat janin, dan seperti sarang tawon.
2.5 Penanganan Mola Hidatidosa
Karena
molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai
penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan
.Terapi molahidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
§ Perbaikan Keadaan Umum
Perbaikan
keadaan umum pada pasien molahidatidosa, yaitu :
a)
Koreksi dehidrasi.
b)
Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8
gr% atau kurang), juga untuk memperbaiki syok.
c)
Bila ada gejala preeklamsia dan hiperemesis
gravidarum diobati sesuai protocol penanganannya.
d)
Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis
dikonsul ke bagian penyakit dalam.
§ Pengeluaran jaringan mala dengan
cara kuretase dan histerektomi
a) Kuretase (suction curetase)
1)
Definisi
Kuret adalah pembersihan sisa-sisa
jaringan yang ada dalam rahim .
2)
Faktor Resiko
a.
Usia ibu yang lanjut
b.
Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang
baik .
c.
Riwayat infertilitas
d.
Adanya kelainan/penyakit yang menyertai
kehamilan
e.
Berbagai macam infeksi
f.
Paparan dengan berbagai macam zat kimia
g.
Trauma abdomen/pelvis pada trimester
pertama
h.
Kelainan kromosom
3)
Teknik Pengeluaran Jaringan
Pengeluaran jaringan yaitu setelah
serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat
dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
a.
Sondage, menentukan posisi ukuran uterus.
b.
Masukan tang abortus sepanjang besar
uterus, buka dan putar 900 untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan
keluarkan jaringan tersebut.
c.
Sisa abortus dikeluarkan dengan tumpul,
gunakan sendok terbesar yang bisa masuk.
d.
Pastikan sisa konsepsi telah keluar
semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.
4)
Risiko Yang Mungkin Terjadi
a.
Perdarahan
b.
Pengerokan yang terlalu dalam akan
meninggalkan cerukan atau lubang di dinding rahim.
c.
Gangguan haid
d.
Infeksi
5)
Persiapan Sebelum Oprasi
a)
Informed consend
b)
Puasa
c)
Cek darah, darah harus tersedia dan
sudah dilakukan crossmatching.
6)
Kuretase Pada Pasien Molahidatidosa
a.
Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan
selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar beta Hcg dan foto toraks) keculai bila
jaringan mola sudah keluar sepontan .
b.
Bila kanalis servikalis belum terbuka
maka dilakukan pemasangan laminaria stift (LS) dan dilakukan kuretase 24 jam
kemudian .
c.
Sebelum melakukan kuretase, sediakan
darah 500 cc dan pasang infus dengan tetesan infus oksitosin 10 IU dalam 500 cc
dextrose 5 % .
d.
Kuretase dilakukan 2 kali dengan
interval waktu minimal 1 minggu .
e.
Seluruh jaringan mola hasil kerokan
dikirim ke labolatorium PA.
7)
Teknik Suction Curetase
a)
Dilatasi seviks kanalis dengan busi
terbesar yang dapat di masukkan.
b)
Pilihlah kanula yang paling besar dan
dapat dimasukkan kedalam kanalis servikalis.
c)
Serviks dipegang dengan tenakulum
d)
Menjelang dilakukan suction curetase,
oksitosin disuntikkan ataun secara drip sehingga suction akan selalu diikuti dengan
makin kecilnya uterus
e)
Tangan kiri diletakkan pada fundus uteri
dengan tujuan untuk mengikuti turunnya fundus uteri dan merasakan bahwa tidak
teerjadi perforasi karena kanula.
f)
Setelah suction kuretase, ikuti dengan
kuret tajam dan besar sehingga dapat dijamin kebersihannya.
b) Histerektomi
1)
Syarat melakukan histerektomi adalah:
a.
Pertimbangan usia yang sudah lanjut,
diatas usia 40 tahun dan usia anak cukup.
b.
Terjadi perdarahan banyak setelah
kuretase untuk menyelamatkan jiwa penderita
c.
Resisten teerhadap obat kemoterapi.
d.
Dugaan perforasi pada mola destruen
e.
Sejak semula sudah tergolong penyakit
trofoblas resiko tinggi
f.
Dugaan sulitnya melakukan pengawasan
ikutan
2)
Histerektomi yang dilakukan dapat
dilaksanakan:
a.
Pada Mola hidatidosa in toto (in situ)
b.
Segera setelah suction curetase berakhir
c.
Pada koriokarsinoma dengan pertimbangan
khusus
3)
Tekhnik Operasi
Teknik operasi sampai saat ini belum
dijumpai secara utuh diberbagai pustaka. Oleh karena itu,kami menganjurkan teknik
operasi sebagai berikut:
a.
Jangan terlalu banyak melakukan
manipulasi uterus sehingga dapat mengurangi mestastase saat operasi berlangsung.
b.
Lakukan langkah histerektomi dengan
mencari dulu pembuluh darah yang besar dipotong dan diikat sehingga tidak
terlalu banyak menimbulkan perdarahan.
c.
Lakukan vaginal alcohol tampon padat
sehingga tercecernya sel trofoblas dari uterus segera mengalami denaturasi dan
dapat mengalami kemungkinan hidup untuk mestastase
d.
Jika dapat dilakukan, serviks dijahit
sehingga kanalis servikalis tertutup dan mengurangi kemungkinan tercecernya sel
trofoblas saat operasi berlangsung.
e.
Mestastase durante operationum, dapat
dilindungi dengan kemoterapi drip (belum umum diIndonesia) tetapi kami anjurkan
dan evaluasi hasilnya.
4)
Filosofi Operasi Pada Histerektomi
a.
Trauma yang terjadi haruslah minimal
b.
Lindungi organ penting pelvis dari
trauma, yaitu : ureter, pembuluh darah dan Vesika urinaria .
c.
Kurangi komplikasi operasi, infeksi,
perdarahan, dan trauma organ pelvis atau kenali secepatnya bila terjadi trauma
untuk segera melakukan rekontruksi
d.
Hindari terjadinya prolapsus vaginal
stump
e.
Upayakan agar tidak terjadi komplikasi
pascaoperasi
Operasi
khususnya di Indonesia dengan KU rendah dan anemia, tindakan operasi dengan
hilangnya darah minimal sangat penting karena darah adalah RED (Rare, Expensive,
Dangerous).
Kami
anjurkan agar saat melakukan operasi diberikan profilaksis kemoterapi sehingga
dapat memperkecil aktivitas sel-sel trofoblas ganas yang kebetulan dapat masuk
kepembuluh darah atau tercecer pada vagina, untuk tumbuh dan berkembang.
·
Pemeriksaan
tindak lanjut:
Tujuan utama tindakan lanjut adalah
deteksi dini setiap perubahan yang mengisyaratkan keganasan. Pemeriksaan tindak
lanjut pada pasien molahidatidosa meliputi:
1.
Cegah kehamilan selama masa tindak
lanjut, sekurang-kurangnya satu tahun.
2.
Ukur kadar ÎČ hCG setiap 2 minggu,
walaupun sebagian menganjurkan pemeriksaan setiap minggu, belum terbukti adanya
manfaat yang nyata.
3.
Tunda terapi selama kadar serum tersebut
terus berkurang. Kadar yang meningkat atau mendatar mengisyaratkan perlunya
evaluasi dan biasanya terapi.
4.
Setelah kadar normal yaitu setelah
mencapai batas bawah pengukuran pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan, lalu
setiap 2 bulan untuk total 1 tahun.
5.
Tindak lanjut dapat dihentikan dan
kehamilan diijinkan setelah 1 tahun.
6.
Karena itu, tindak lanjut serta
penatalaksanaan saat ini berpusat pada pengukuran serial kadar ÎČ hCG serum
untuk mendeteksi tumor trofoblas persisten.
2.6 Contoh Kasus Mola Hidatidosa
Tanggal Pengkajian : 17 April 2013
|
|
Jam
: 14.00 WIB
|
I.
DATA SUBJEKTIF
A.
Identitas
Istri/Suami
Nama
:
Umur
:
Suku/Bangsa :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan
:
Alamat
:
|
Ny. S
21 tahun
Jawa/Indonesia
Islam
SD
IRT
Kp. Cikandang Rt. 02/Rw. 09 Desa Cikandang
Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut
|
Nama Suami :
Umur
:
Suku/Bangsa :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan
:
Alamat
:
|
Tn. T
30 tahun
Sunda/Indonesia
Islam
SD
Buruh
Kp. Cikandang Rt. 02/Rw. 09 Desa Cikandang
Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut
|
B. Alasan
datang
Ibu datang ke RS. PELITA
BUNDA rujukan dari Klinik WDH dengan diagnosa perdarahan.
C. Keluhan
Utama
Ibu mengaku hamil 4 minggu 2
hari, mengeluh keluar darah seperti
ati ayam dari jalan lahir, ada gelembung seperti telur ikan, darah membasahi 1
pembalut per hari, ibu mengaku mengalami perdarahan ± 10 hari.
D. Riwayat Haid
Ibu mengatakan pertama kali
mendapatkan haid pada saat usia kehamilan 14 tahun, siklusnya teratur, lamanya
7 hari, banyaknya darah biasa dan tidak ada keluhan nyeri haid.
E. Riwayat
Kehamilan Sekarang
§ Jumlah kehamilan: Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama, tidak
pernah mengalami keguguran (G1P0A0)
§ HPHT : 18 Februari 2013
§ TP : 25
November 2013
§ Pemeriksaan Kehamilan: Ibu mengatakan telah memeriksakan kehamilannya 1
kali ke Bidan, 4 hari yang lalu.
§ Keluhan selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil sering pusing.
F. Riwayat
Kesehatan/Penyakit yang di derita sekarang dan dulu
Ibu mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit liver,
penyakit DM, penyakit tiroid, Epilepsi, Hipertensi, Asma dan penyakit lainnya.
G. Riwayat
Sosial Ekonomi
§ Status Perkawinan: Ibu mengatakan ini pernikahannya yang pertama,
lama menikah 1 tahun. Usia ibu saat menikah 20 tahun dan usia suami saat
menikah 29 tahun.
§ Riwayat KB: Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
sebelumnnya.
II.
DATA OBJEKTIF
§ Keadaan Umum: Baik
§ Kesadaran: Compos Mentis
§ Tanda-tanda
Vital:
TD: 110/60
mmHg, N: 88 x/menit, R: 20
x/menit, S: 37 ÂșC
§ Mata
Konjungtiva
tidak anemis, sklera putih.
§ Leher
Tidak ada
pembesaran kelenjar tirod, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
§ Dada
Bentuk
simetris, jantung : bunyi jantung
normal (reguler), paru-paru : normal, tidak ditemukan adanya sesak nafas maupun
whezing.
§ Abdomen
Cembung dan
lembek
§ Ekstremitas
Atas: Tidak
ada oedema
Bawah: Tidak
ada oedem dan tidak ada varises
§ Genetalia
Pemeriksaan
dalam: Vulva dan Vagina tidak ada keluhan, pembukaan tertutup.
III.
ASESSMENT/DIAGNOSA
Ny. S, 21 Tahun, G2 P1A0
umur kehamilan 8 minggu 2 hari, keadaan umum baik
dengan Mola hidatidosa.
IV.
PLANING
Melakukan asuhan sesuai dengan
advis dokter, yaitu:
1.
Melakukan
persetujuan dengan ibu dan keluarga, bahwa akan dilakukan pemeriksaan dan
pengobatan kepada ibu. (ibu menyetujui dan bersedia untuk dilakukan
pemeriksaan dan pengobatan).
2.
Memberitahu
ibu dan keluarga bahwa ibu akan di rawat inap selama beberapa hari demi
kesembuhan ibu. (Ibu setuju untuk dilakukan rawat inap)
3.
Memberitahu
ibu dan keluarga bahwa ibu akan dilakukan kuretase demi keselamatan jiwa ibu. (Ibu dan
keluarga menyetujui dengan tindakan yang akan dilakukan)
4.
Memasang
infus RL.
5.
Memantau
tanda-tanda vital ibu.
6.
Memantau
perdarahan.
7.
Melakukan
pemeriksaan Lab (Hematologi)
a.
Hasil:
Hemoglobin = 12.6 gr/dl
b.
Hematokrit
= 37 %
c.
Leukosit
= 8.200/mm3
d.
Trombosit
= 335.000/mm3
e.
Eritrosit
= 4.23 juta/mm3
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Mola
hidatidosa adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian
dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) Hasil pembuahan
yang gagal tersebut lalu membentuk gelembung-gelembung menyerupai buah anggur.
Pertumbuhan gelembung semakin hari semakin banyak bahkan bisa berkembang secara
cepat.Hal ini yang membuat perut seorang ibu hamil dengan Molahidatidosa tampak
cepat besar.
Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan GM
titrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit HGG pada ibu
hamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan
akan terlihat keadaan kehamilan yang kosong tanpa ada janin dan tampak gambaran
seperti badai salju dalam bahasa medis di sebut ”Snow storm”.
Hamil
anggur atau Molahidatidosa hanya dapat dialami oleh wanita yang pernah
melakukan hubungan suami istri. Jadi tidak benar bahwa hamil anggur bisa
terjadi begitu saja tanpa ada pertemuan sel sperma dan sel telur melalui
hubungan seksual.
Hingga
sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masih belum
diketahui secara pasti. Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan kondisi
sosial ekononi yang rendah, kurang gizi, ibu yang sering hamil dan gangguan
peredaran darah dalam rahim.
Tindakan
kuretase menjadi pilihan untuk membersihkan rahim dari gelembung-gelembung
hamil anggur. Kuretase dilakukan dapat berulang
beberapa kali tergantung kondisi kehamilan Molahidatidosa. Dokter akan memeriksa kadar
hormon Hcg dalam tubuh ibu dan memastikan bahwa sudah sungguh-sungguh bersih.
Pada keadaan yang dianggap berbahaya bagi kesehatan ibu dapat pula dilakukan
tindakan pengangkatan rahim, namun keputusan ini juga mempertimbangkan faktor umur ibu dan
jumlah anak yang sudah dimiliki. Tindakan terakhir ini sangat jarang dilakukan.
3.2 Saran
3.2.1 Untuk Klien
Diharapkan
klien dengan kehamilan Molahidatidosa mendapatkan perawatan dan penanganan yang
komprehensif, serta melakukan follow up pasca mola selama 12 bulan sesuai
jadwal, supaya dapat mendeteksi sedini mungkin bila terjadi keganasan sampai
pasien benar-benar dikatakan sembuh atau sehat.
3.2.2 Untuk Sarana Kesehatan
Diharapkan
sarana kesehatan untuk memberikan penanganan yang lebih baik lagi, untuk
meminimalkan kejadian kematian ibu akibat perdarahan khususnya yang diakibatkan
kehamilan Molahidatidosa dan kejadian keganasan akibat Molahidatidosa.
3.2.3 Untuk STIKes Widya Dharma Husada
Diharapkan
bagi pendidikan, untuk memberi pengajaran lebih tentang studi kasus khususnya
Asuhan Kebidanan dengan Molahidatidosa, dengan melengkapi literatur-literatur
tentang Molahidatidosa.
DAFTAR
PUSTAKA
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika.
Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2.
Penerbit Buku Kedokteran.
ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.
Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H.Mola Hidatidosa.ILMU KANDUNGAN. Yayasan Bina Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO.
Jakarta. 1999. Hal.262-264
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC.
http://dokunimus.blogspot.com/2011/07/mola-hidatidosa.html#ixzz2QQuNSLTG
http://www.lusa.web.id/kehamilan-mola-hidatidosa-mola-hydatidosa/
http://meyceria.wordpress.com/2012/04/14/hamil-anggurmola-hidatido
Tidak ada komentar:
Posting Komentar