Makalah
ASKEB IV
Penyakit
TBC (Tuberkulosis)
Disusun
oleh:
Diana
Ramdaniati
Hendrika
Dina Samara
Liana
Cahyani
Puji
Astuti
Restu
Puji Noviatri
Kelas
: IV B
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA
Jurusan DIII Kebidanan
Jl. Surya Kencana No.1
Pamulang-TangSel
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ASKEB IV yang berjudul “Penyakit
TBC (Tuberkulosis)“ dengan baik dan semaksimal mungkin.
Kami
menyadari bahwa dalam menyusun tugas makalah ini kami banyak menumukan berbagi
hambatan ataupun kesulitan. Namun atas bantuan dari banyak pihak maka kami pun
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu penyelesaian dari
makalah ini
Tak lupa
kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini. kami sadar bahwa manusia tidak ada yang
sempurna oleh karena itu kami mengharapkan kebesaran hati dari para pembaca
dengan memberikan kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Pamulang, Maret 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar .................................................................................... !
Daftar
Isi ............................................................................................. !
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
........................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................... 3
BAB
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit TBC
....................................................... 4
2.2 Gejala Penyakit TBC
.............................................................. 4
2.3 Penyebab Penyakit TBC
......................................................... 6
2.4 Efek Penyakit TBC pada Janin
............................................... 6
2.5 Pemeriksaan Penyakit TBC
.................................................... 7
2.6 Pengobatan Penyakit TBC
...................................................... 10
2.7 Cara Penularan Penyakit TBC
................................................ 12
2.8 Cara Pencegahan Penyakit TBC
............................................. 13
BAB
III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
............................................................................. 14
3.2 Saran
........................................................................................ 14
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bakteri
tuberkulosis ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882 dan
sering menginfeksi organ paru-paru dibanding bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TB dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Pada tahun 1993, WHO merencanakan kedaruratan global penyakit TB
karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit TB tidak terkendali,
terutama penderita menular (TB positif). Demikian pula di Indonesia, TB
merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas),
diagnosis dan terapinya. Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan
China di dunia. Hasil survei Depkes RI tahun1992, menunjukkan bahwa TB
merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung dan pembuluh darah
lainnya. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia
terdapat 583.000 penderita TB baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate sekitar 130 per 100.000 penduduk.TB banyak terdapat di kalangan
penduduk dengan kondisi sosial ekonomi lemah dan menyerang golongan usia
produktif (15-54 tahun). Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang
tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TB batuk, sedangkan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal
dari penderita TB dewasa. Bakteri ini sering masuk dan berkumpul di dalam
paru-paru dan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya
tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melaui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening (Castillo,2004).
Seseorang dikatakan terinfeksi TB apabila kuman TB berada dalam tubuhnya meskipun tidak aktif. Seringkali setelah kuman TB memasuki badan, kekebalan tubuh mengontrol kuman tersebut. Kuman ini hidup dalam tubuh bertahun-tahun lamanya dalam bentuk tidak aktif. Saat kuman tidak aktif maka penyakit tidak dapat ditularkan kepada orang lain.
Seseorang dikatakan terinfeksi TB apabila kuman TB berada dalam tubuhnya meskipun tidak aktif. Seringkali setelah kuman TB memasuki badan, kekebalan tubuh mengontrol kuman tersebut. Kuman ini hidup dalam tubuh bertahun-tahun lamanya dalam bentuk tidak aktif. Saat kuman tidak aktif maka penyakit tidak dapat ditularkan kepada orang lain.
Meningkatnya
penularan infeksi TB banyak dihubungkan dengan memburuknya kondisi sosial
ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,
meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal, dan adanya
epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah atau turun,
jumlah kuman memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TB (Depkes RI,
2006).
Berdasarkan
kenyataan tersebut, melalui analisa model tuberkulosis akan dipelajari dinamik
dari penyakit ini, terutama model tuberkulosis dengan tingkat perkembangan
cepat dan lambat. Analisis dinamik bertujuan mendapatkan nilai ambang batas
untuk mengetahui ada tidaknya epidemik. Model tuberkulosis dengan tingkat
perkembangan cepat adalah keadaan individu yang sehat tetapi rentan tertular
penyakit berubah menjadi individu terinfeksi. Sedangkan model tuberkulosis
tingkat perkembangan lambat adalah keadaan individu yang sehat tetapi rentan
tertular penyakit sebelum berubah menjadi individu terinfeksi menjadi individu
menderita TB tetapi tidak aktif (Mccluskey, 2006).
Insidensi
Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini
di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak
terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi
menengah ke bawah. Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab
kematian dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka
kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama.anda bisa
juga baca selengkapnya di sini
Di
Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan
urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India
dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC paru dari
tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu
penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC
paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat
TBC di Indonesia. Mengingat besarnya masalah TBC serta luasnya masalah semoga
tulisan ini dapat bermanfaat.
1.2
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian Penyakit TBC
2. Untuk
mengetahui penyebab dari Penyakit TBC
3. Untuk
mengetahui cara menangani serta mencegah
Penyakit TBC
4. Untuk
menambah wawasan bagi mahasiswa/mahasiswi bagi yang membacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Penyakit TBC
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah
suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu
lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Tuberculosis
(TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer.
Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput
otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat.
Pada sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada keadaan yang
terakhir ini, bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis.
Penyakit TBC atau yang biasa dikenal dengan
tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi kronis / menahun dan menular yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberklosa yang dapat menyerang pada
siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin namun sesuai fakta yang ada
bahwa penderita penyakit TBC lebih banyak menyerang pada usia produktif yang berkisar
antara usia 15 tahun – 35 tahun.
2.2 Gejala
Penyakit TBC
Kehamilan tidak banyak memberikan
pengaruh terhadap cepatnya perjalanan penyakit ini, banyak penderita tidak
mengeluh sama sekali. Keluhan yang sering ditemukan adalah batuk-batuk yang
lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun,
kadang-kadang ada batuk darah, dan sakit sekitar dada.
Gejala penyakit TBC dapat dibagi
menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang
terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,
sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik :
Gejala
sistemik/umum:
1.
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,
biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan
demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah).
4.
Perasaan tidak enak, mudah lelah.
Gejala
khusus:
1.
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila
terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,
suara nafas melemah yang disertai sesak.
2.
Jika ada cairan di rongga pleura (pembungkus
paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
3.
Jika mengenai tulang, akan terjadi gejala seperti
infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
4.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus
otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran, dan kejang-kejang.
2.3 Penyebab
Penyakit TBC
Penyakit TBC merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium Tuberklosa, bakteri ini menyerang
siapa saja pria maupun wanita tanpa memandang usia. Dan biasanya penyakit TBC
sering menyerang pada usia rata-rata 15-35 tahun, boleh dibilang usia masih
produktif.
Tingginya angka penderita TBC di
Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah satunya adalah iklim dan lingkungan
yang lembab serta tidak semua penderita mengerti benar tentang perjalanan
penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya serta
kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan
dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para pekerja di
lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan.
2.4 Efek
Penyakit TBC pada Janin
jika kuman TB hanya menyerang paru, maka
akan ada sedikit risiko terhadap janin.Untuk meminimalisasi risiko,biasanya
diberikan obat-obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan
Etambutol. Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar
paru dan jaringan limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah
sakit sebelum melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah
setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha,
Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999
tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan hasil bahwa
tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap kahamilan, persalinan dan hasil
konsepsi. Namun juka dibandingkan dengan kelompok wanita sehat yang tidak
mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi
(21% : 2%), bayi dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%),
berat badan lahir rendah (<2500 ).
Selain itu, risiko juga meningkat pada
janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan
terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion
(disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa diamati pada
minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam, berat
badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini
masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.
2.5 Pemeriksaan
Penyakit TBC
·
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan
umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena
anemia, suhu demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun.
Tempat kelainan lesi TB yang perlu
dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai infiltrat yang agak luas,
maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkial. Akan
didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring.
Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya
menjadi vesikular melemah.
·
Pemeriksaan penunjang
o
Tuberculin skin testing
Dilakukan dengan menginjeksikan secara
intracutaneous 0.1ml Tween-stabilized liquid PPD pada bagian punggung atau
dorsal dari lengan bawah. Dalam wkatu 48 – 72 jama, area yang menonjol
(indurasi), bukan eritema, diukur. Ukuran tes Mantoux ini sebesar 5mm
diinterpretasikan positif pada kasus-kasus :
1.
Individu yang
memiliki atau dicurigai terinfeksi HIV
2.
Memiliki
kontak yang erat dengan penderita TBC yang infeksius
3.
Individu dengan
rontgen dada yang abnormal yang mengindikasikan gambaran proses penyembuhan TBC
yang lama, yang sebelumnya tidak mendpatkan terapo OAT yang adekuat
4.
Individu yang
menggunakan Narkoba dan status HIV-ny tidak diketahui
Sedangkan ukuran 10mm uji tuberculin,
dianggap positif biasanya pada kasus-kasus seperti :
1.
Individu
dengan kondisi kesehatan tertentu, kecuali penderita HIV
2.
Individu yang
menggunakan Narkoba (jika status HIV-ny negative)
3.
Tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan, populasi denganpendapatan yang rendah,
termasuk kelompok ras dan etnik yang beresiko tinggi
4.
Penderita
yang lama mondokdirumah sakit
5.
Anak kecil
yang berusi kurang dari 4 tahun
Uji ini sekarang sudah tidak
dianjurkan dipakai,karena uji ini haya menunjukkan ada tidaknya antibodi anti
TBC pada seseorang, sedangkan menurut penelitian, 80% penduduk indosia sudah
pernah terpapar intigen TBC, walaupun tidak bermanifestasi, sehingga akan
banyak memberikan false positif.
·
Pemeriksaan radiologis
1.
Adanya
infeksi primer digambarkan dengan nodul terkalsifikasi pada bagian perifer paru
dengan kalsifikasi dari limfe nodus hilus
2.
Sedangkan
proses reaktifasi TB akan memberikan gambaran :
a)
Nekrosis
b)
Cavitasi
(terutama tampak pada foto posisi apical lordotik)
c)
Fibrosis dan
retraksi region hilus
d)
Bronchopneumonia
e)
Infiltrate
interstitial
f)
Pola milier
g)
Gambaran
diatas juga merupakan gambaran dari TB primer lanjut
3.
TB pleurisy,
memberikan gambaran efusi pleura yang biasanya terjadi secara massif
4.
Aktivitas
dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan hanya dengan 1 kali pemeriksaan
rontgen dada, tapi harus dilakukan serial rontgen dada. Tidak hanya melihat
apakah penyakit tersebut dalam proses progesi atau regresi.
·
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat
perhatian karena hasilnya kadang-kadang meragukan, tidak sensitif, tidak juga
spesifik. Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang
sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih
dibwah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika penyakit mulai sembuh,
jumlah leukosit kembali normal, dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap
darah mulai turun ke arah normal lagi. Bisa juga didapatkan anemia ringan
dengan gambaran normokron dan normositer, gama globulin meningkat dan kadar
natrium darah menurun.
·
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting,
karena dengan ditemukannnya kuman BA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat
dipastikan. Kriteria BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3
batang kuman BTA pada satu sediaan.
2.6 Pengobatan
Penyakit TBC
Penyakit ini akan sembuh dengan baik
bila pengobatan yang diberikan dipatuhi oleh penderita, berikan penjelasan dan
pendidikan kepada pasien bahwa penyakitnya bersifat kronik sehingga diperlukan
pengobatan yang lama dan teratur. Ajarkan untuk menutup mulut dan hidungnya
bila batuk, bersin dan tertawa.
Sebagian besar obat anti TBC aman untuk
wanita hamil, kecuali streptomisin yang bersifat ototoksik bagi janin dan harus
diganti dengan etambutol, pasien hamil dengan TBC Paru yang tidak aktif tidak
perlu mendapat pengobatan. Sedangkan
pada yang aktif dianjurkan untuk menggunakan dua macam obat atau lebih untuk
mencegah timbulnya resistensi kuman, dan isoniazid (INH) selalu diikutkan
karena paling aman untuk kehamilan, efektifitasnya tinggi dan harganya lebih
murah.
Obat-obatan
yang dapat digunakan
1. Isoniazid
(INH) 300 mg/hari. Obat ini mungkin menimbulkan komplikasi pada hati sehingga
timbul gejala-gejala hepatitis berupa nafsu makan berkurang, mual dan muntah.
Oleh karena itu –perlu diperiksa faal hati sewaktu-waktu dan bila ada perubahan
untuk sementara obat harus segera dihentikan.
2. Etambutol
15-20 mg/kg/hari. Obat ini dapat menimbulkan komplikasi retrobulber neuritis,
akan tetapi efek samping dalam kehamilan sangat sedikit dan pada janin belum
ada.
3. Streptomycin
1gr/hari. Obat ini harus hati-hati digunakan dalam kehamilan, jangan digunakan
dalam kehamilan trimester I. Pengaruh obat ini pada janin dapat menyebabkan
tuli bawaan (ototoksik). Disamping itu obat ini juga kurang menyenangkan pada
penderita karena harus disuntikan setiap hari.
4. Rifampisin
600mg/hari. Obat ini baik sekali untuk pengobatan TBC Paru tetapi memberikan
efek teratogenik pada binatang poercobaan sehingga sebaiknya tidak diberikan
pada trimester I kehamilan.
Pemeriksaan
sputum harus dilakukan setelah 1-2 bulan pengobatan, jika masih positif perlu
diulang tes kepekaan kuman terhadap obat, bila pasien sudah sembuh lakukan
persalinan secara biasa. Pasien TBC aktif harus ditempatkan dalam kamar
bersalin terpisah, persalinan dibantu Ekstraksi Vacum atau Forcep. Usahakan
pasien tidak meneran, berikan masker untuk menutupi mulut dan hidung agar kuman
tidak menyebar. Setelah persalinan pasien dirawat di ruang observasi 6-8 jam,
kemudian dapat dipulangkan langsung. Pasien diberi obat uterotonika dan obat
TBC tetap harus diteruskan. Penderita yang tidak mungkin pulang harus dirawat
di ruang isolasi, karena bayi cukup rentan terhadap penyakit ini, sebagian
besar ahli menganjurkan pemisahan dari ibu jika ibu dicurigai menderita TBC
aktif, sampai ibunya tidak memperlihatkan tanda-tanda proses aktif lagi setelah
dibuktikan dengan pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali yang selalu memperlihatkan
hasil negatif.
Pasien
TBC yang menyusui harus mendapat regimen pengobatan yang penuh. Semua obat anti
TBC sesuai untuk laktasi sehingga pemberian laktasi dapat dengan aman dan
normal. namun bayi harus diberi suntikan mantoux, dan imunisasi BCG.
2.7 Cara
Penularan Penyakit TBC
Penyakit TBC
biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak
sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering
masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi
TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak,
ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera
akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
Biasanya
melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat
melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi
jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk
dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto
rontgen.
Pada
sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel
bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam
paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak).
Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami
pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
2.8 Cara
Pencegahan Penyakit TBC
1.
Minum obat secara teratur sampai selesai
2.
Menutup mulut waktu bersin atau batuk
3.
Tidak meludah di sembarang tempat
4.
Meludah di tempat yang kena sinar matahari atau di
tempat yang diisi sabun atau karbol/lisol
Untuk keluarga :
1)
Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur
2)
Buka jendela lebar-lebar agar udara segar & sinar
matahari dapat masuk sebab kuman TBC akan mati bila terkena sin
ar matahari
ar matahari
3)
Imunisasi pada bayi
4)
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi
TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut
penderita dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh
dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
BAB III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena
adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan
cepat.
Selain itu, dalam penangan
penyakit-penyakit ini harus diperhatikan dalam pemberian obat-obatan. Karena
dengan pemberian obat-obatan yang salah dapat memberikan efek terutama kepada
sang janin. Sehingga kita harus mengetahui jenis obat-obatan yang boleh
diberikan kepada ibu hamil dan juga yang tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
Jangan sampai kita bermaksud memberikan pengobatan untuk kesembuhan tapi malah
menyebabkan efek teratogenik pada janin.
3.2 Saran
Sebagai penolong persalinan kita harus
bisa mendeteksi secara dini penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan sehingga
dapat meminimalkan atau menghilangkan resiko cacat atau kematian janin. Kita
harus bisa megetahui penanganan yang tepat atau pengobatan yang aman buat
kehamilan ibu sehingga persalinan dapat berjalan secara fisiologi. Selain itu,
kesadaran dari ibu untuk memeriksakan diri selama hamil sehingga tidak dapat
terdeteksi secara dini.
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi
TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut
penderita dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh
dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba.
1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan Keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta
Prawiroharjo,
Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta
Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jakarta: UI
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-tuberkulosis-tbc.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar