Rabu, 18 September 2013

IUGR dan IUFD

ASKEB IV
IUGR dan IUFD
Disusun oleh:
Febria Noor Sabrina
Fijriyati Vicci
Hendrika Dina Samara
Liana Cahyani
Puji Astuti
Restu Puji Noviatri

Kelas : IV B

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA
Jurusan DIII Kebidanan
Jl. Surya Kencana No.1
Pamulang-TangSel
2012/2013



BAB I
PEMBAHASAN


1.1  IUGR
1.1.1    Pengertian IUGR
Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya.
Definisi yang sering dipakai adalah bayi-bayi yang mempunyai berat badan dibawah 10 16 persentil dari kurva berat badan bayi yang normal). Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena Retardasi lebih ditekankan untuk mental. Menurut Gordon, JO (2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (37 minggu).
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakkan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan atau lebih kecil dari yang seharusnya (sesuai grafik). Terminologi “kecil untuk masa kehamilan” adalah berat badan bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan dan dapat muncul pada bayi cukup bulan atau prematur. Pada umumnya janin tersebut memiliki tubuh yang kecil dan risiko kecacatan atau kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat dilahirkan ataupun setelah melahirkan.
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan untuk jumlah bulan kehamilan. Istilah lain untuk IUGR ketuban adalah pembatasan pertumbuhan. Bayi baru lahir dengan IUGR seringkali digambarkan kecil untuk usia gestational (SGA).
Janin dengan IUGR ketuban sering diperkirakan memiliki berat kurang dari 10 Perseratus. Ini berarti janin weighs kurang dari 90 persen dari semua fetuses yang sama gestational usia.
PJT terbagi atas dua, yaitu:         
1.      Pertumbuhan janin terhambat tipe I : simetris atau proporsional (kronis).
Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents
2.      Pertumbuhan janin terhambat tipe II : Asimetris atau disproportional (akut).
Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan.
Ada dua betuk IUGR menurut Renfield (1975), yaitu :
1.    Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-mingu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya wasted oleh karena retardasi pada janin ini terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
2.      Dispropotionate IUGR
Terjadi akibat distress. Gangguan yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.

1.1.1        Patofisiologi IUGR
a.       Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut
b.      Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
c.       Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjdi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan  plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.

1.1.2        Etiologi IUGR
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau abnormalitas yang mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau menyebabkan ukuran sel menurun.Hal tersebut mungkin terjadi ketika janin tidak cukup mendapat nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan, atau karena infeksi. Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya kecil), kebanyakan PJT disebabkan oleh sebab lain.
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1)      Maternal
                                       ·          Tekanan darah tinggi
                                       ·          Penyakit ginjal kronik
                                       ·          Diabetes Melitus
                                       ·          Penyakit jantung dan pernapasan
                                       ·          Malnutrisi dan anemia
                                       ·          Infeksi
                                       ·          Pecandu alkohol dan obat tertentu
                                       ·          Perokok
2)      Uterus dan Plasenta
                                       ·          Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta
                                       ·          Plasenta abruption, plasenta praevia, infark plasenta (kematian sel pada plasenta), korioangioma.
                                       ·          Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus
                                       ·          Twin-to-twin transfusion syndrome
3)      Janin
                                       ·          Janin kembar
                                       ·          Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT).
                                       ·          Kelainan kongenital
                                       ·          Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT) .
                                       ·          Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin).Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT.

1.1.3        Faktor Predisposisi IUGR
                                               ·          Insufisiensi plasenta
                                               ·          Preeklamsi
                                               ·          penyakit ginjal kronik
                                               ·          hipertensi kronik
                                               ·          masalah atau penyakit yang berhubungan dengan keadaan tersebut, seperti kehamilan kembar, diabetes melitus, penyakit jantung atau seperti penyakit kolagen.

1.1.4        Tanda dan Gejala IUGR
PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan penyakit kronik. Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang lebih kecil dari yang seharusnya.

1.1.5        Komplikasi IUGR
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.
§  Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1.      Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a.       Langsung:
-          Asfiksia
-          Hipoglikemi
-          Aspirasi mekonium
-          DIC
-          Hipotermi
-          Perdarahan pada paru
-          Polisitemia
-          Hiperviskositas sindrom
-          Gangguan gastrointestinal
b.      Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.(5)
2.      Ibu
-          Preeklampsi
-          Penyakit jantung
-          Malnutrisi

1.1.6        Pemeriksaan Bidan
Langkah pertama dalam menangani IUGR adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai risiko yang tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin IUGR atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien IUGR dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Tatalaksana kehamilan dengan IUGR bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu.
Telah ditetapkan tidak ada kelainan janin perlu dipertimbangkan bahwa janin akan dilahirkan. Bagi situasi di Inodensia saat yang tepat adalah bergantung pada arus darah arteri umbilical dan usia gestasi. Arteri umbilical yang tidak memiliki arus diastolic (absent diastolic flow) bahkan adanya arus terbalik (reserve flow) akan mempunyai prognosis buruk berupa kematian janin dalam kurang dari satu minggu. Usia optimal untuk melahirkan bayi adalah 32-34 minggu dengan pertimbangan sudah dilakukan pematangan paru. Pemeriksaan cardiotokografi akan membantu diagnosis adanyan hipoksia janin lanjut berupa deselerasi lambat denyut jantung. Skor fungsi dinamik janin placenta yaitu upaya mengukur peran PJT pada profil biofsik akan membantu menentukan saatnya melakukan terminsai kehamilan.
Langkah untuk pengelolaan PJT adalah sebagai berikut :
a.    Penilaian Antepertum
1)       IUGR dikonfirmasi oleh USG menentukan etiologinya
2)       Bila openyebab diketahui tidak akan mengubah fetal outcome secara besar
3)       Karyotype fetus hendaknya ditentukan bila ditemukan adanya anomali struptur
4)       Satu dari diantar 10 IUGR dengan anomaly mempunyai kromosom yang abnormal
5)       Seandainya amniosintesis dilakukan lakukan pemeriksaan untuk rubella atau CMV dengan culture atau PCR.
b.     Penilaian Fetus
1)       Fetus IUGR dilakukan pemeriksaan serial USG dan surveillance antenatal
2)       Non Stress Test (NST), profil biofisik, velosimetri Doppler, Constraction stress test dan penilaian cairan anion
3)       Absent atau hasil reserved end diastolic flow perinatalnya buruk.
c.     Persalinan
1)       Waktu yang optimal untuk persalinan tergantung pada keadaan ibu dan fetus
2)       Banyak kematian fetus in utero terjadi setelah 36 minggu persalinan lakukan sebelum 36 minggu
3)       IUGR pada saat dekat waktu melahirkan, yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan.
4)       IUGR jauh sebelum waktu melahirkan, kelainan organ harus dicari pada janin ini dan apabila kelainan kromosom dicurigai maka amniosentesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta dan pemeriksaan darah janin dianjurkan.
5)       Jika ada dugaan gangguan pertumbuhan intrauterin, yang dapat kita usahakan adalah :
§  Bila diketahui penyebabnya, hindari obat atau penyakitnya.
§  Istirahat rebah agar fungsi plasenta membaik.
§  Perbaikan gizi ibu jika perlu.  
§  Pengakhiran kehamilan dengan induksi persalinan atau SC.

1.1.7        Asuhan Bidan
1.      Pada Ibu :
a.       setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu.
b.      pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan.
c.       pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.
2.      Pada Bayi :
a.       Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin.
b.      Memeriksa kadar gula darah dengan dextrostix jika hipoglikemi harus segera diatasi.
c.       Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
d.      Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibanding dengan bayi SMK
e.       Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.

1.1.8        Asuhan Lanjutan (RS)
Manajemen selama persalinan, yaitu dengan standar asuhan pada kehamilan normal, ikuti asuhan khusus yang diberikan:
a.       bayi dengan IUGR harus dilahirkan di rumah sakit dengan perawatan tinggi  dari spesialis, antara obgin dan paedtric. Neonatologist harus dihadirkan pada proses persalinan.
b.      mengobservasi janin dengan sangat hati-hati dilakukan secara menyeluruh waktu proses persalinan
c.       ketika membran ruptur, beberapa mekonium pada cairan ketuban harus dicatat dan dilaporkan kepada dokter, dokter obgin akan memutuskan metode persalinan.
d.      jika serviks matang, maka harus diinduksi, dengan observasi yang sangat hati-hati dan persalinan pervaginam.
e.       sebelum diinduksi, jika serviks tidak matang, harus dimatangkan dengan prostaglandin atau diberikan oxytosin per infus dibawah monitor CTG untuk memperhatikan ada tidaknya distres janin. Caesarean section dapat dilakukan, untuk beberapa komplikasi lebih jauh.
f.       indikasi untuk caesarean section: gejala awal dari fetal distres pada persalinan
-          kegagalan induksi
-          malpresentasi
-          disproporsi
-          serviks yang tidak matang dengan beberapa kondisi seperti preeklampsi atau diabetes, dan lain-lain.
-          caesarean section sebelumnya
1.1.9        Prognosis
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi, asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pencernaan dll. Juga tergantung pada sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat hamil, persalinan dan postnatal.

1.1.10    Kasus IUGR

1.2      IUFD
1.2.1        Pengertian IUFD
Menurut WHO kematian janin atau yang sering disebut  IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal death (IUFD), yaitu  janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada trimester kedua. Jika terjadi pada trimester pertama disebut keguguran atau abortus. Kematian janin adalah hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi.
Dapat juga diartikan bahwa IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000 gram) dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu.
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20 minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. Ini menyebabkan komplikasi pada sekitar 1% kehamilan. Dengan munculnya cara diagnostik dan terapeutik yang lebih baru pada 2 dasawarsa yang lalu, penanganan IUFD telah beralih dari pemantauan berpengharapan ke campur tangan yang lebih aktif. (Hacker, 2001).
Kematian janin dalam rahim ialah kematian janin dalam uterus yang beratnya 500 gram atau lebih, usia kehamilan telah mencapai 20 minggu atau lebih. (Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, 1991).
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu. Kematian janin dalam kehamilan adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum proses persalinan berlangsungpada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke atas.(Rustam Muchtar, 1998).
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. (Sarwono, 2005).
Kematian janin didefinisikan sebagai kematian intrauterine sebelum seluruh produk konsepsi manusia dikeluarkan.Ini tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau elektif. Kematian janin ini yang disebut kematian intrauterine dan mengakibatkan lahir mati. (Bobak, 2004).

1.2.2        Patofisiologis IUFD
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUFD) karena beberapa factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR).

1.2.3        Etiologi IUFD
Penyebab IUFD antara lain:
1.  Faktor plasenta.
a.    Insufisiensi plasenta
b.    Infark plasenta
c.    Solusio plasenta
d.    Plasenta previa
2. Faktor ibu
a.       Diabetes mellitus
b.      Preeklampsi dan eklampsi
c.       Nefritis kronis
d.      Polihidramnion dan oligohidramnion
e.       Sifilis
f.       Penyakit jantung
g.      Hipertensi            
h.      Penyakit paru atau TBC
i.        Inkompatability rhesus
j.        AIDS
                                                    i.      h. perbedaan rhesus ibu dengan janin
3. Faktor intrapartum
a.       Perdarahan antepartum
b.      Partus lama
c.       Anastesi
d.      Partus macet
e.       Persalinan presipitatus
f.       Persalinan sungsang
g.      Obat-obatan    
4. Faktor janin
a.       Prematuritas
b.      Postmaturitas
c.       Kelainan bawaan
d.      Perdarahan otak
5. Faktor tali pusat
a.       Prolapsus tali pusat
b.      Lilitan tali pusat
c.       Vassa praevia
d.      Tali pusat pendek

1.2.4        Faktor Predisposisi IUFD
1.  factor ibu (High Risk Mothers)
a.       status social ekonomi yang rendah
b.      tingkat pendidikan ibu yang rendah
c.       umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
d.      paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
e.       tinggi dan BB ibu tidak proporsional
f.       kehamilan di luar perkawinan
g.      kehamilan tanpa pengawasan antenatal
h.      ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
i.        ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati.
j.        riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
2. factor Bayi (High Risk Infants)
a.       bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b.      bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c.       bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
3. factor yang berhubungan dengan kehamilan
a.       abrupsio plasenta
b.      plasenta previa
c.       pre eklamsi / eklamsi
d.      polihidramnion
e.       inkompatibilitas golongan darah
f.       kehamilan lama
g.      kehamilan ganda
h.      infeksi                  
i.        diabetes
j.        genitourinaria

1.2.5        Tanda dan Gejala IUFD
1.  Ibu tidak merasakan gerakan janin
Diagnosis :
a. Nilai DJJ
·         Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
·         Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler).
·         Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.
Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.
Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.
2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi.
Diagnosis :
Gejala dan tannda selau ada. Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan :
                                                                       ·          Gerakan janinberkurang atau hilang. Nyeri perut hilang timbul atau menetap.
                                                                       ·          Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok Uterus tegang / kaku. Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta, gerakan janin dan DJJ tidak ada Perdarahan Nyeri perut hebat Syok Perut kembung / cairan bebas intra abdominal Kontur uterus abnormal Abdomen nyeri. Bagian – bagian janin teraba. Denyut nadi bu cepat Rupture uteri. Gerakan janin berkurang atau hilang.
                                                                       ·          DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium Gawat janin. Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti. Tinggi fundus uteri berkurang. Pembesaran uterus berkurang Kematian janin.

1.2.6        Komplikasi IUGR
Kematian janin dalam kandungan 3 – 4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin masuk ke dalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi disseminated intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen<100 mg%). Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum.
Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati. Karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosa ditegakan jika terjadi hipofibrigemia, bahayanya adalah perdarahan postpartum.
Disamping itu juga dapat menyebabkan trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin dan persalinan cukup bulan. Dapat juga terjadi infeksi bila air ketuban pecah, serta dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.

1.2.7        Pemeriksaan Bidan
1.      Observasi dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnose
2.      Biasanya, selama menunggu, 70-90% akan terjadi persalinan spontan
3.      Bila belum partus, indikasi untuk induksi persalinan
4.      Induksi dan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesterone atau dengan

1.2.8        Asuhan Bidan
1.     Selama menunggu diagnose pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
2.     Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongent foto abdomen, begitu pula dengan hasil labor dan plano test
3.     Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan
4.     Induksi persalinan setelah kematian intrauteri berbeda dengan induksi lainnya dalam dua hal. Pertama, tidak perlu memperhitungkan kesehatan bayi, jadi efek samping dan komplikasi hanya perlu dipertimbangkan dari sudut pandang ibu saja. Kedua, kebanyakan induksi terencana pada bayi hidup dilakukan mendekati aterm, sementara induksi untuk bayi meninggal biasa pada kisaran usia gestasi yang lebih luas
5.     Sebelum induksi, TD harus diukur, uji proteinuria untuk menyingkirkan adanya eklampsia, suhu harus dicatat terutama pada kasus pecah ketuban. Bila ada kecurigaan bayi telah meninggal beberapa minggu sebelumnya, periksa darah ibu untuk menghitung trombosit dan pemeriksaan pembekuan darah karena biasa muncul masalah koagulasi intravaskuler diseminata (KID)
6.     Pemberian peredaan nyeri dapat dipertimbangkan karena ibu harus menjalani pengalaman melahirkan yang keduanya secara psikologis dan fisik menyakitkan (Smith, 1999).
7.     Bila kematian intrauterine lebih dari 4 minggu, maka dicurigai ibu mengalamiabrupsio plasenta yang beresiko perdarahan post partum. Untuk itu pada kasus ini diindikasikan pelaksanaan aktif kala III
8.     Setelah kelahiran, bantu proses bersedih pada orang tua dengan memberikan dukungan dan menciptakan kenangan-kenangan
1.2.9        Asuhan Lanjutan (RS)
1)      Pengakhiran kehamilan  jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.
Persiapan:
Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu: pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin.
Tindakan:
1.      Kuretasi vakum
2.      Kuretase tajam
3.      Dilatasi dan kuretasi tajam.
2)      Pengakhiran kehamilan  jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu.
Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
3)      Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 20 – 28 minggu.
Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati.
Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.
4)      Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 28 minggu kehamilan.
Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan  serviks (tidak efektif bila dilakukan pada KPD).
Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu.
Kombinasi ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.

1.2.10    Prognosis
Jika dapat dideteksi segera,prognosis untuk ibu baik (dapat kembali hamil).apabila pernah mengalami kematian janin dalam kandungan,bukan berarti ibu tidak bisa hamil lagi.ibu bisa melalui program hamil kapan saja.hanya sebaiknya penyebab kematian janin terdahulu sudah diketahui sebelum hamil kembali.hal ini bertujuan agar pada kehamilan berikutnya bisa diantisipasi hal-hal yang menjadi permasalahan kasus terssebut.sayangnya,jarang sekali orang tua yang bersedia mengotopsi janinnya yang meninggal.akibatnya penyebab kematiannya tidak diketahui dengan pasti.padahal mengetahui penyakitnya akan mempermudah pengobatan yang harus diberikan kepada ibu.misalnya,bila penyebabnya karena perbedaan rhesus darah,maka harus segera diobati rhesusnya.pengobatan ini harus segera diberikan supaya zat antinya tidak terlanjur terbentuk.sehingga kalau terjadi kehamilan lagi perbedaan rhesus tidak berdampak seperti sebelumnya.(shella 2009).

1.2.11    Kasus IUFD

BAB II
Kesimpulan dan Saran


2.1       Kesimpulan
Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya.
Sedangkan kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20 minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. Ini menyebabkan komplikasi pada sekitar 1% kehamilan.
2.2       Saran
Perlu meningkatkan pemahaman dalam menangani Masalah Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan Intra Uterine Fetal Death (IUFD).
Bagi Ibu ibu yang hamil hendaknya memeriksakan dirinya secara rutin mnimal 4 kali selama kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada kelainan pada janinnya.
Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan Pengetahuan dan keterampilannya untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak.
Bagi teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien dengan profesional.